Kamis, 27 Desember 2007

Bertemu Pejuang Cilik di Tengah Gerimis Karanganyar

Berada di jalanan pedesaan Dukuh Mroto, Karang Pandan, Kabupaten Karanganyar, kami merasakan ban sepeda motor yang kami tumpangi mulai ngga pas anginnya, kurang gitu. Itu baru terasa setelah menerima tantangan melahap jalanan berbatu, menanjak dan licin di Wonosari, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, hingga menempuh jalanan menanjak dan menurun nan berkelok yang lumayan bagus kondisinya (kalau dibandingkan dengan jalan yang telah kami tempuh sebelumnya..) menuju Candi Cetho, Karanganyar. Menggigil kedinginan diterpa gerimis sepanjang jalan, mencoba menemukan pompa ban, akhirnya di sampailah kami di pertigaan jalan menuju Tawangmangu. Wuaah..lega... itu dia yang kami cari...ada di seberang jalan.

Kami pun muter menyebrangi jalan karena memang nyaris kelewat. Ada bapak-bapak di situ. Yang satu sedang sibuk menambal ban, yang satunya lagi nunggu si bapak yang lagi nambal ban. Ada adik kecil, kami taksir sekitar 6-7 tahun usianya, sedang memperhatikan si bapak yang sedang menambal ban. Seorang ibu, duduk tercenung di dekat tumpukan ban karet sambil menatap titik-titik gerimis sore itu. Ehm..kira-kira siapa yang akan menghampiri kami ya...

Si adik beranjak dari duduknya, sambil menyambar selang pompa. Keraguan terbersit sejenak tanpa saya sadari. Hati memang kadang tak berkompromi, kadang jahat penuh prasangka. Anak sekecil itu..

Tuh kan, ternyata saya salah, adik kecil itu tampak terampil memasang selang pompa dan mengukur tekanan ban belakang sepeda motor kami. Kemudian, ganti ban depan, dia mengalami kesulitan membuka tutup ban depan. Kami coba ikut membantu membuka, gagal juga. Namun, si adik sudah beranjak ke arah bapak penambal ban. Kami pikir, dia akan minta tolong si bapak. Eiiit...salah lagi, ternyata dia mengambil tang. Kembali dia menunjukkan inisiatifnya dan ketrampilannya. Akhirnya, selesai sudah kegiatan pompa memompa ban itu, si adik pun mengantongi uang seribu rupiah atas hasil kerjanya itu. Saya lirik sedikit, di kantongnya sudah ada beberapa lembar uang seribuan rupiah juga. Anak sekecil itu, sudah bisa mencari uang sakunya sendiri, dari hasil keringatnya sendiri. Terima kasih ya, Dik.

Kamis, 13 Desember 2007

Pilih Sendiri Petualanganmu

Barusan menerima kabar terbaru dari adik saya, selain mau ketemu mudik nanti juga kabar bahwa kucing-kucing persianya sudah laku (kecuali satu yang dia uri-uri), dan kini induknya, Mbak Shakira alias Kira itu udah ngebet kawin lagi.

Kembali teringat beberapa tahun silam, adik laki-laki saya satu-satunya itu bingung. Bingung dengan pilihan hidupnya. Masalah yang sama yang dialami hampir semua anak lepas remaja yang akan melanjutkan sekolah. Tidak banyak anak seusia itu yang sudah mantap mempunyai cita-cita dan gambaran jelas apa yang mereka inginkan dan seperti apa di masa depan nanti. Tidak banyak yang punya keinginan kuat dan percaya diri terhadap keinginannya itu.


Anak seusia itu yang di sekolah umum, tak pernah dapat ilmu bagaimana membuat pilihan hidup. Di sekolah, tak pernah dapat ilmu bagaimana mendapatkan integritas diri yang sejati, hampir semua hasil try and error..tabrak sana..tabrak sini..benjol sana..benjol sini..dan bangkit dengan pemahaman baru tentang hidup. Itu saya dulu. Saya hampir tak ada tempat bertanya. Bingung sendirian. Risau sendirian. Serasa di dunia ini tak ada yang bisa memahami.

Dia bimbang mau melangkah kemana. Pertempuran antara passion dia dan keinginan orang tua, beserta sederet fakta finansial membuatnya makin galau. Passion yang dia sendiri juga belum terlalu yakin karena masih belum punya integritas diri yang kuat, mudah diombang ambingkan oleh ”ajakan teman”, ”kata orang”, ”kata guru”, ”kata ahli”, ”kata pacar”, dsb. Saya tahu risaunya itu, saya pernah ada di area yang sama, walaupun tidak sama persis.

Saat paling galau dalam hidup saya itu, saya dipertemukan teman saya dengan gurunya waktu SMU. Pertemuan yang singkat namun sangat mencerahkan, menjadi bekal saya, mematri keyakinan diri saya (Sampai sekarang saya belum bisa menemuinya kembali, bahkan kehilangan kontak dengan teman saya itu).

Betapa hutang budi yang sangat besar, dan saya tak tahu bagaimana saya membalasnya. Bahkan berucap terima kasih pun saya tak tahu bagaimana caranya, saat ini saya belum tahu bagaimana menemukan mereka kembali.

Lakukan apa yang ingin kamu lakukan.

Kalau toh gagal, itu jauh lebih baik daripada seumur hidup kamu hidup dalam penyesalan karena tidak pernah mencoba melakukan apa yang ingin kamu lakukan.

Itu mantra kedua dalam hidupku, setelah mantra pertama yang ketemunya ga sengaja dalam perjalanan di Lawu saat SMU. Saya "wariskan" mantra-mantra itu, meskipun saya bukan empu, mungkin bisa sedikit membantu.

Dia masih galau, sekali iitu tentang qadha dan qadar. Bagaimana aplikasinya dalam hidup. Berhubung saya bukan orang yang pinter ilmu agama, saya sendiri juga bingung tentang aplikasinya kalau merujuk definisi qadha dan qadar yang benar. Kalau saya terangkan juga..pasti malah tambah ruwet..lha wong saya juga masih ruwet .

Akhirnya, saya ingatkan dia tentang buku di masa kecil kami...Pilih Sendiri Petualanganmu (PSP)..baik itu cerita tentang Cinderela, Dumbo si Gajah Terbang, Putri Salju, dsb. Inti buku itu adalah kita sebagai tokoh, kita menetapkan takdir kita sendiri, tentu saja sejalan dengan apa yang telah ditetapkan oleh penulis buku. Ga mungkin diluar apa yang sudah dicetak to?? (ehm..masih ada ga sih buku ini..kok rasanya ga pernah lihat di gramed)

Pilih Sendiri Petualanganmu punya banyak ending. Ada yang happy ending, sad ending, atau ada pula (istilah saya) flat ending..ga sedih ga hepi, biasa aja.

Sampainya kita ke akhir cerita yang mana tergantung pilihan kita. Kita dihadapkan pada pilihan mau lanjut ke halaman berapa. Mau pilih jalan yang belok ke kiri maka pilihlah halaman sekian. Mau jalan lurus, buka halaman sekian. Buka halaman sekian kalau ingin belok kanan. Mau menolong orang di jalan, pilih halaman sekian atau tetap cuek dan melanjutkan perjalanan maka baca halaman sekian. Semua pilihan itu ada resikonya...resiko ending yang tidak sesuai harapan. Tapi itulah petualangan. Dan begitulah hidup. Life is a matter of choices. Paling tidak, itu adalah pilihan kita sendiri, dan karena pilihan sendiri, yang bisa dikambinghitamkan jika ternyata salah, tak lain adalah diri kita sendiri. Mendengarkan pendapat orang itu perlu, tapi pilihan ada di tangan kita sendiri. Pilihlah sendiri petualanganmu...

Dan menurut saya, PSP itu analogi yang tepat untuk menggambarkan hidup yang sebenarnya.